BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Banyak faktor yang mempengaruhi
dan menentukan kegiatan berbisnis. Sebagai kegiatan sosial, bisnis dengan
banyak cara
terjalin dengan kompleksitas masyarakat modern. Dalam kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang wajar,
asalkan dalam mencapai keuntungan tersebut tidak merugikan banyak pihak. Jadi,
dalam mencapai tujuan dalam kegiatan berbisnis ada batasnya. Kepentingan dan
hak-hak orang lain perlu diperhatikan.
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi
kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan
bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis
yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah
selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang maka kami
mendapatkan batasan dan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana prinsip-prinsip dari etika bisnis?
2.
Bagaimana tujuan dari etika bisnis?
3.
Bagaimana peran etika bisnis?
4.
Faktor-faktor apa saja yang membuat pebisinis
melakukan pelanggaran etika bisnis?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka saya minyimpulkan dengan
tujuan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui
dan memahami prinsip-prinsip dari etika bisnis.
2.
Untuk memahami
tujuan dari etika bisnis.
3.
Untuk mengetahui
peran dalam etika bisnis.
4.
Untuk mengetahui
dan memahami faktor-faktor yang membuat penisnis melakukan pelanggaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Etika
Istilah Etika berasal
dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya
yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti
yaitu tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,
akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta
etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya
istilah Etika yang
oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara
etimologis (asal usul kata), etika mempunyai
arti yaitu ilmu tentang apa yang
biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan. Untuk menganalisis arti-arti etika,
dibedakan menjadi dua jenis etika :
1.
Etika sebagai Praktis
a.
Nilai-nilai dan norma-norma moral
sejauh dipraktekkan atau justru tidak dipraktekkan walaupun seharusnya
dipraktekkan.
b.
Apa yang dilakukan sejauh sesuai
atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral.
2.
Etika sebagai Refleksi
a.
Pemikiran moral à berpikir tentang
apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan.
b.
Berbicara tentang etika sebagai
praksis atau mengambil praksis etis sebagai objeknya.
c.
Menyoroti dan menilai baik buruknya
perilaku orang.
d.
Dapat dijalankan pada taraf populer
maupun ilmiah.
B. Pengertian Bisnis
Bisnis adalah suatu organisasi yang
menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk
mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis
dari bahasa Inggris “business”, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas,
ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan
yang mendatangkan keuntungan. Di dalam melakukan bisnis, kita wajib untuk
memperhatikan etika agar di pandang sebagai bisnis yang baik. Bisnis
beretika adalah bisnis yang mengindahkan serangkaian nilai-nilai luhur yang
bersumber dari hati nurani, empati, dan norma. Bisnis bisa disebut etis apabila
dalam mengelola bisnisnya pengusaha selalu menggunakan nuraninya.
C. Pengertian Etika Bisnis
Secara
sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini
mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum
yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan
di masyarakat.
Etika bisnis juga
merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan
bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan
masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan
diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Etika bisnis
lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang
lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam
kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur
oleh ketentuan hukum. Berikut ini beberapa pengertian
etika bisnis menurut para ahli :
§ Zimmerer (1996:20), etika
bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai – nilai
moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan
persoalan.
§ Ronald J. Ebert dan Ricky M.
Griffin (2000:80), etika bisnis adalah istilah yang sering digunakan untuk
menunjukkan perilaku dari etika seseorang manajer atau karyawan suatu
organisasi.
§ K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogjakarta: Penerbit Kanisius, 2000, Hal. 5), Etika Bisnis adalah pemikiran
refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan ekonomi dan bisnis
§ Velasquez,
2005, Etika Bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar
dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan
dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis
Beberapa hal yang mendasari
perlunya etika dalam kegiatan bisnis :
§ Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan
keuntungan, bisnis juga mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia
yang terlibat di dalamnya.
§ Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat
§ Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu
memberikan pedoman bagi pihak – pihak yang melakukannya.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain adalah :
§ Pengendalian
diri
§ Pengembangan
tanggung jawab social (social responsibility)
§ Mempertahankan
jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan
informasi dan teknologi
§ Menciptakan
persaingan yang sehat
§ Menerapkan
konsep “pembangunan berkelanjutan”
§ Menghindari
sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
§ Mampu
menyatakan yang benar itu benar
§ Menumbuhkan
sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke
bawah
§ Konsekuen
dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
§ Menumbuhkembangkan
kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
§ Perlu adanya
sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa
peraturan perundang-undangan
D. Perkembangan Etika Bisnis
Berikut perkembangan etika bisnis menurut Bertens :
1.
Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan
filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan
manusia bersama dalam negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan
kegiatan niaga harus diatur.
2.
Masa Peralihan: tahun 1960-an
Ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di
Amerika Serikat (AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan
terhadap establishment (kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada dunia
pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dalam
kurikulum dengan nama Business and Society. Topik yang paling sering dibahas
adalah corporate social responsibility.
3.
Etika Bisnis Lahir di AS: tahun 1970-an
Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan
masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu
tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di AS.
4.
Etika Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an
Di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai
berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan antara
akademisi dari universitas serta sekolah bisnis yang disebutEuropean Business
Ethics Network (EBEN).
5.
Etika Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an
Tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis
sudah dikembangkan di seluruh dunia.
E. Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Adapun prinsip-prinsip etika
bisnis yaitu sebagai berikut :
1.
Prinsip otonomi
Prinsip otonomi memandang
bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan bidang yang
dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan
yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi
perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan
komunitasnya.
2.
Kesatuan (Unity)
Adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep
yang memadukan keseluruhan aspek aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik,
sosial menjadi keseluruhan yang homogen,serta mementingkan konsep konsistensi
dan keteraturan yang menyeluruh.
3.
Kehendak Bebas (Free Will)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika
bisnis,tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif.Kepentingan
individu dibuka lebar.Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong
manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang
dimilikinya.
4.
Kebenaran (kebajikan dan kejujuran)
Kebenaran
dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan,
mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran.Dalam konteks bisnis
kebenaran dimaksudkan sebagia niat,sikap dan perilaku benar yang meliputi
proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan
maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan prinsip
kebenaran ini maka etika bisnis sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap
kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi
,kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.
5.
Prinsip
keadilan / Keseimbangan (Equilibrium)
Perusahaan
harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis.
Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya, pelayanan yang
sama kepada konsumen, dan lain-lain.
6.
Prinsip hormat
pada diri sendiri
Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran,
tidak berniat jahat dan prinsip keadilan.
7.
Tanggung jawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil
dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan
akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu
mempertanggung jawabkan tindakannya. secara logis prinsip ini berhubungan erat
dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan
oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.
F. Tujuan Etika Bisnis
Tujuan etika
bisnis adalah menggugah kesadaran moral dan memberikan batasan-batasan para
pelaku bisnis untuk menjalankan good business dan tidak melakukan monkey
business atau dirty business yang bisa merugikan banyak pihak yang terkait
dalam bisnis tersebut.
Etika bisnis
mengajak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang baik
(etis) agar bisnis itu pantas dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya
dimensi etis dalam dunia bisnis. Hal ini sekaligus menghalau citra buruk dunia
bisnis sebagai kegiatan yang kotor, licik, dan tipu muslihat. Kegiatan bisnis
mempunyai implikasi etis, dan oleh karenanya membawa serta tanggungjawab etis
bagi pelakunya
Etika Bisnis
adalah seni dan disiplin dalam menerapkan prinsip-prinsip etika untuk mengkaji
dan memecahkan masalah-masalah moral yang kompleks.
Etika bisnis
merupakan etika khusus (terapan) yang pada awalnya berkembang di Amerika
Serikat. Sebagai cabang filsafat terapan, etika bisnis menyoroti segi-segi
moral perilaku manusia dan peraturan-peraturan yang mempunyai profesi di bidang
bisnis dan manajemen. Oleh karena itu, etika bisnis dapat dilihat sebagai usaha
untuk merumuskan dan menerapkan prinsip-prinsip etika dibidang hubungan ekonomi
antar manusia.
Pencapaian
tujuan etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa masalah dan
kendala. Keraf(1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
1.
Standar moral para pelaku
bisnis pada umumnya masih lemah.
Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas,
bahkan menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan
etika bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang
yang kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.
2.
Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan.
Konflik
kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang
dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak
dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik
bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara
kepentingan perusahaan dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang
teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan
dengan mengabaikan peraturan.
3.
Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.
Hal ini
diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit
politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya
memberi kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna
keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang
menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan
tanpa menghiraukan akibatnya.
4.
Lemahnya penegakan hukum.
Banyak orang
yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap
memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk
memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
5.
Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen
untuk menegakkan kode etik bisnis dan manajemen.
Organisasi
seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di bawahnya belum secara khusus
menangani penyusunan dan penegakkan kode etik bisnis dan manajemen.
H. Peran Etika Bisnis
Adapun etika bisnis perusahaan
memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang
kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan
nilai (value-creation) yang tinggi, dimana diperlukan suatu landasan yang kokoh
untuk mencapai itu semua. Dan biasanya dimulai dari perencanaan strategis,
organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya
perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara
konsisten dan konsekuen.
Menurut
Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil memerlukan 3 hal pokok
yaitu :
§ Memiliki produk yang baik
§ Memiliki managemen yang baik
§ Memiliki Etika
Tiga aspek pokok dari bisnis
yaitu : dari sudut pandang ekonomi, hukum dan etika.
1.
Sudut pandang ekonomis.
Bisnis
adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi disini adalah adanya interaksi antara
produsen/perusahaan dengan pekerja, produsen dengan konsumen, produsen dengan
produsen dalam sebuah organisasi. Kegiatan antar manusia ini adalah bertujuan
untuk mencari untung oleh karena itu menjadi kegiatan ekonomis. Pencarian
keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak, tetapi dilakukan melalui
interaksi yang melibatkan berbagai pihak. Dari sudut pandang ekonomis, good
business adalah bisnis yang bukan saja menguntungkan, tetapi juga bisnis yang
berkualitas etis.
2.
Sudut pandang etika
Dalam bisnis, berorientasi
pada profit, adalah sangat wajar, akan tetapi jangan keuntungan yang diperoleh
tersebut justru merugikan pihak lain. Tidak semua yang bisa kita lakukan boleh1
dilakukan juga. Kita harus menghormati kepentingan dan hak orang lain. Pantas
diperhatikan, bahwa dengan itu kita sendiri tidak dirugikan, karena menghormati
kepentingan dan hak orang lain itu juga perlu dilakukan demi kepentingan bisnis
kita sendiri.
3.
Sudut pandang Hukum
Bisa
dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat dengan “Hukum” Hukum Dagang atau
Hukum Bisnis, yang merupakan cabang penting dari ilmu hukum modern. Dan dalam
praktek hukum banyak masalah timbul dalam hubungan bisnis, pada taraf nasional
maupun international. Seperti etika, hukum juga merupakan sudut pandang normatif,
karena menetapkan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dari
segi norma, hukum lebih jelas dan pasti daripada etika, karena peraturan hukum
dituliskan hitam atas putih dan ada sanksi tertentu bila terjadi pelanggaran.
Bahkan pada zaman kekaisaran Roma, ada pepatah terkenal : “Quid leges sine
moribus” yang artinya : “apa artinya undang-undang kalau tidak disertai
moralitas “.
I.
Faktor-Faktor Pebisnis
Melakukan Pelanggaran Etika Bisnis
Pelanggaran-pelanggaran
yang dilakukan pebisnis dilatarbelakangi oleh berbagai hal. Salah satu hal
tersebut adalah untuk mencapai keuntungan yang sebanyak-banyaknya, tanpa
memikirkan dampak buruk yang terjadi selanjutnya. Faktor lain
yang membuat pebisnis melakukan pelanggaran antara lain :
§ Banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik
§ Mengejar
Keuntungan dan Kepentingan Pribadi (Personal Gain and Selfish Interest)
§ Ingin menambah mangsa pasar
§ Ingin menguasai pasar.
§ Pertentangan
antara Nilai-Nilai Perusahaan dengan Perorangan (Business Goals versus Personal
Values)
Dari
factor-faktor tersebut, faktor pertama adalah faktor yang memiliki pengaruh
paling kuat. Untuk mempertahankan produk perusahaan tetap menjadi yang utama,
dibuatlah iklan dengan sindiran-sindiran pada produk lain. Iklan dibuat hanya
untuk mengunggulkann produk sendiri, tanpa ada keunggulan dari produk tersebut.
Iklan hanya bertujuan untuk menjelek-jelekkan produk iklan lain.
J.
Cara
Mengatasi Perusahaan Yang Tidak Menerapkan Etika didalam Bisnisnya
Dalam etika bisnis apabila perilaku mencegah
pihak lain menderita kerugian dipandang sebagai perilaku yang etis, maka
perusahaan yang menarik kembali produknya yang memiliki cacat produksi dan
dapat membahayakan keselamatan konsumen, dapat dipandang sebagai perusahaan
yang melakukan perilaku etis dan bermoral.
Pada dasarnya kegiatan bisnis tidaklah hanya bertujun untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala cara melainkan perlu adanya perilaku etis yang diterapkan oleh semua perusahaan. Etika yang diterapkan oleh sebuah perusahaan bukanlah salah satu penghambat perusahaan untuk dapat berkompetisi dengan para pesaingnya melainkan untuk dipandang oleh masyarakat bahwa perusahaan yang menerapkan etika didalam perusahaan bisnis adalah sebagai perusahaan yang memiliki perilaku etis dan bermoral. Setidaknya terdapat tujuh alasan yang mendorong perusahaan untuk menjalankan bisnisnya secara etis yang akan dirangkum sebagai berikut :
Pada dasarnya kegiatan bisnis tidaklah hanya bertujun untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala cara melainkan perlu adanya perilaku etis yang diterapkan oleh semua perusahaan. Etika yang diterapkan oleh sebuah perusahaan bukanlah salah satu penghambat perusahaan untuk dapat berkompetisi dengan para pesaingnya melainkan untuk dipandang oleh masyarakat bahwa perusahaan yang menerapkan etika didalam perusahaan bisnis adalah sebagai perusahaan yang memiliki perilaku etis dan bermoral. Setidaknya terdapat tujuh alasan yang mendorong perusahaan untuk menjalankan bisnisnya secara etis yang akan dirangkum sebagai berikut :
1.
Meningkatnya harapan publik agar perusahaan
menjalankan bisnisnya secara etis. Perusahaan yang tidak berhasil dalam
menjalankan bisnisnya secara etis akan mengalami sorotan, kritik, bahkan
hukuman. Sebagai contoh, Kongres Amerika Serikat memberlakukan Public Company
Accounting Reform and Investor Protection Act, atau yang dikenal dengan Sarbane-Oxley
(Baron, 2006), setelah Kongres menemukan berbagai kelemahan tata kelola
perusahaan yang terjadi di Enron dan Worldcom. Manipulasi keuangan yang
dilakukan oleh Enron, tidak terlepas dari peran oknum-oknum Arthur Andersen
yang bersama-sama dengan CEO Perusahaan Enron secara sengaja menyembunyikan
fakta-fakta keuangan. Belajar dari kasus ini, kongres menerapkan Sarbanes Oxley
Act di mana undang-undang baru ini menutupi berbagai celah hukum, misalnya
dengan melarang akuntan publik yang sedang mengaudit perusahaan melaksanakan
kegiatan konsultasi bagi perusahaan yang sama. Undang-undang juga menetapkan
berdirinya sebuah lembaga independen yang diberi nama Public Company Accounting
Oversight Board yang mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
akuntan.
2.
Penerapan etika bisnis mencegah agar perusahaan tidak
melakukan berbagai tindakan yang membahayakan stakeholders lainnya. Sebagai
contoh, Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah secara tidak
profesional yang dilakukan oleh PD Kebersihan Kota Bandung di wilayah Leuwi
Gajah Kabupaten Bandung telah mengakibatkan bencana longsornya sampah dengan
volume sekitar 20juta meter kubik yang menimpa perumahan penduduk di sekitarnya
sehingga 112 orang meninggal dunia dan kerugian material masyarakat sekitar
tempat pembuangan sampah diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
3.
Penerapan etika bisnis di perusahaan dapat
meningkatkan kinerja perusahaan. Sebagai contoh, sebuah studi yang dilakukan
DePaul University menunjukkan bahwa “terdapat hubungan statistik yang
signifikan antara pengendalian perusahaan yang menekankan pada penerapan etika
dan perilaku bertanggung jawab di satu sisi dengan kinerja keuangan yang baik
di sisi lain”. Dalam kasus lain, penerapan etika bisnis di perusahaan terhadap
para manajer dan karyawan perusahaan berupa larangan minum alkohol bagi para
pegawai, telah menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan produktivitas kerja.
4.
Penerapan etika bisnis seperti kejujuran, menepati
janji, dan menolak suap dapat meningkatkan kualitas hubungan bisnis di antara
dua pihak yang melakukan hubungan bisnis. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
kepercayaan di antara pihak-pihak yang terlibat hubungan bisnis terhadap pihak
lainnya. Sebaliknya apabila salah satu pihak tidak dapat dipercaya, maka pihak
yang tidak dapat dipercaya ini akan diabaikan oleh mitra bisnisnya bahkan oleh
komunitas bisnis secara umum.
5.
Penerapan etika bisnis agar perusahaan terhindar dari
penyalahgunaan yang dilakukan karyawan maupun kompetitor yang bertindak tidak
etis. Sebagai contoh, kejahatan pencurian uang perusahaan yang dilakukan
pemilik dan pimpinan perusahaan merupakan faktor penyebab utama kebangkrutan
perusahaan dibanding faktor-faktor lainnya. Demikian pula kegiatan damping yang
dilakukan pesaing luar negeri merupakan perilaku tidak etis yang dapat
merugikan perusahaan domestik.
6.
Penerapan etika bisnis perusahaan secara baik di dalam
suatu perusahaan dapat menghindarkan terjadinya pelanggaran hak-hak pekerja
oleh pemberi kerja. Contohnya, perusahaan dianggap bertindak tidak etis apabila
di dalam perusahaan terjadi diskriminasi besaran gaji yang diakibatkan oleh
diskriminasi rasial. Perusahaan juga dianggap berlaku tidak etis apabila
perusahaan tidak memberikan kesempatan kemajuan karier yang sama kepada tenaga
kerja yang ada di perusahaan hanya karena terdapat perbedaan ras antara pekerja
yang satu dengan pekerja lainnya.
7.
Perusahaan perlu menerapkan etika bisnis dalam
menjalankan usahanya, untuk mencegah agar perusahaan (yang diwakili para
pimpinannya) tidak memperoleh sanksi hukum karena telah menjalankan bisnis
secara tidak etis.
Beberapa alasan diatas dapat mewakilkan banyak perusahaan yang masih menerapkan etika didalam perusahaan bisnisnya karena selain menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang etis dan bermoral alasan lainnya adalah agar perusahaan tidak menelan kerugian dan mendapatkan pelanggaran-pelanggaran karena tidak menjalankan bisnis secara etis dan melanggar hak-hak pekerja oleh pemberi pekerja. Sehingga alasan-alasan tersebut dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada perusahaan-perusahaan bisnis lainnya yang belum menerapkan etika didalam perusahaan bisnisnya.
Beberapa alasan diatas dapat mewakilkan banyak perusahaan yang masih menerapkan etika didalam perusahaan bisnisnya karena selain menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang etis dan bermoral alasan lainnya adalah agar perusahaan tidak menelan kerugian dan mendapatkan pelanggaran-pelanggaran karena tidak menjalankan bisnis secara etis dan melanggar hak-hak pekerja oleh pemberi pekerja. Sehingga alasan-alasan tersebut dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada perusahaan-perusahaan bisnis lainnya yang belum menerapkan etika didalam perusahaan bisnisnya.
K. Etika Bisnis di Indonesia
Di Indonesia,
etika bisnis merupakan sesuatu yang lama tetapi sekaligus baru. Sebagai sesuatu
yang bukan baru, etika bisnis eksis bersamaan dengan hadirnya bisnis dalam
masyarakat Indonesia, artinya usia etika bisnis sama dengan usia bisnis yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
Dalam memproduksi
sesuatu kemudian memasarkannya, masyarakat Indonesia tempo dulu juga telah
berpatok pada pertimbangan-pertimbangan untung dan rugi. Namun dengan ciri khas
masyarakat Indonesia yang cinta damai, maka masyarakat Indonesia termotivasi
untuk menghindari konflik-konflik kepentingan termasuk dalam dunia bisnis.
Secara normatif,
etika bisnis di Indonesia baru mulai diberi tempat khusus semenjak
diberlakukannya UUD 1945, khususnya pasal 33. Satu hal yang relevan dari pasal
33 UUD 45 ini adalah pesan moral dan amanat etis bahwa pembangunan ekonomi
negara RI semata-mata demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia yang
merupakan subyek atau pemilik negeri ini. Jadi pembangunan ekonomi Indonesia
sama sekali tidak diperuntukkan bagi segelintir orang untuk memperkaya diri
atau untuk kelompok orang tertentu saja yang kebetulan tengah berposisi
strategis melainkan demi seluruh rakyat Indonesia. Dua hal penting yang menjadi
hambatan bagi perkembangan etika bisnis di Indonesia adalah budaya masyarakat
Indonesia dan kondisi sosial-politik di Indonesia.
L. Contoh Kasus Etika Bisnis di Bidang Peternakan
Usaha
peternakan ayam negeri atau broiler mempunyai prospek yang baik untuk
dikembangkan karena tingginya permintaan masyarakat akan daging. Usaha
peternakan ayam ini juga memberikan keuntungan yang tinggi dan bisa menjadi
sumber pendapatan bagi peternak ayam broiler tersebut. Akan tetapi, peternak
dalam menjalankan usahanya masih mengabaikan prinsip-prinsip etika bisnis.
Akhir-akhir
ini usaha peternakan ayam dituding sebagai usaha yang ikut mencemari
lingkungan. banyaknya peternakan ayam yang berada di lingkungan masyarakat
dirasakan mulai mengganggu oleh warga terutama peternakan ayam yang lokasinya
dekat dengan pemukiman penduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak buruk
dari kegiatan usaha peternakan ayam karena masih banyak peternak yang
mengabaikan penanganan limbah dari usahanya.
Limbah
peternakan yang berupa feses (kotoran ayam), dan sisa pakan serta air dari
pembersihan ternak dan kandang menimbulkan pencemaran lingkungan masyarakat di
sekitar lokasi peternakan tersebut. Selain itu timbulnya banyak lalat yang
dikarenakan kurang bersih dan dirawatnya kandang, masyarakat takut lalat
tersebut nantinya membawa penyakit. Dan satu lagi dari peternakan ayam negeri
masyarakat mengkhawatirkan virus flu burung Avian Infuenza (H5N1) yang pada
saat tahun 2008 lagi sedang gempar-gemparnya. Oleh karena itu, peternak ayam
negeri atau broiler harus memiliki etika bisnis yang baik bukan hanya mencari
keuntungan semata namun juga harus menciptakan lingkungan yang sehat di sekitar
peternakan.
Dengan cara
pengelolaan limbah yang baik misalkan dijadikan pupuk untuk tanaman atau untuk
pakan ikan lele, menjaga kebersihan lingkungan dengan melakukan penyemprotan
kandang disinfetan secara berkala agar tidak timbul banyak lalat &
penyakit.
Dari contoh
kasus diatas, maka dapat ditarik kesimpulan, jika saja peternakan tersebut
menerapkan etika bisnis dengan baik, maka akan mendatangkan manfaat dari
penerapan etika bisnis :
1.
Perusahaan mendapatkan
kepercayaan dari konsumen.
2.
Perusahaan yang jujur akan
menciptakan konsumen yang loyal. Bahkan konsumen akan merekomendasikan kepada
orang lain untuk menggunakan produk tersebut.
3.
Citra perusahaan di mata
konsumen baik.
4.
Dengan citra yang baik maka
perusahaan akan lebih dikenal oleh masyarakat dan produknya pun dapat mengalami
peningkatan penjualan.
5.
Meningkatkan motivasi pekerja.
6.
Karyawan akan bekerja dengan
giat apabila perusahaan tersebut memiliki citra yang baik dimata perusahaan.
7.
Keuntungan perusahaan dapat di
peroleh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam
persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah
harga mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan
luasnya informasi saat ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat
tersebar dengan cepat dan luas. Memposisikan karyawan, konsumen, pemasok,
pemodal dan masyarakat umum secara etis dan jujur adalah satu-satunya cara
supaya dapat bertahan di dalam dunia bisnis saat ini. Ketatnya persaingan
bisnis menyebabkan beberapa pelaku bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam
bisnis.
Etika bisnis
mempengaruhi tingkat kepercayaan atau trust dari masing-masing
elemen dalam lingkaran bisnis. Pemasok (supplier),perusahaan, dan
konsumen, adalah elemen yang saling mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut
harus menjaga etika, sehingga kepercayaan yang menjadi prinsip kerja dapat
terjaga dengan baik.
Etika
berbisnis ini bisa dilakukan dalam segala aspek. Saling menjaga kepercayaan
dalam kerjasama akan berpengaruh besar terhadap reputasi perusahaan tersebut,
baik dalam lingkup mikro maupun makro. Tentunya ini tidak akan memberikan
keuntungan segera, namun ini adalah wujud investasi jangka panjang bagi seluruh
elemen dalam lingkaran bisnis. Oleh karena itu, etika dalam berbisnis sangatlah
penting.
B. Saran
Perlu adanya
sadar diri didalam hati para pegawai didalam perusahaan yang ingin menerapkan
etika didalam bisnis agar tidak adanya kecurangan atau kebohongan yang terjadi
pada perusahaan itu nantinya dan perlu diterapkannya sanksi atau hukuman yang
berat apabila ada salah satu pegawai yang melanggarnya, sehingga etika di dalam
bisnis pun dapat berjalan dengan baik dan lancer di perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Makalah
Etika Bisnis. http://erikatzain. files.wordpress. com/ 2013/ 04
/makalah-etika-bisnis.pdf. diakses pada tanggal 26 November 2014.
Anonim. 2011. Makalah
Etika Bisnis, http://antilicious.wordpress.com/ 2011/11/24/ makalah-etika-bisnis/.
Diakses pada tanggal 26 November 2014.
Anonim. 2013. Etika
dalam Bisnis.http://rizkiafandi.blogspot.com/2013/10/etika-dalam-bisnis-tugas-1.html.
diakses pada tanggal 26 November 2014.
Anonim. 2012. Tanggung
Jawab Sosial. http://yohanesanez. wordpress.com /2012/10/
15/tanggung-jawab-sosial-tugas-2/. Diakses pada tanggal 26 November 2014.
Anonim.2012. Pelanggaran Etika Bisnis. http://anikmugirahayu.
blogspot.com /2012/06/pelanggaran-etika-bisnis.html.
diakses pada tanggal 26 November 2014.
Anonim.2011. Pandangan Etika Terhadap Praktek Bisnis.
http://henritapangestuti. blogspot.com/2011/12/pandangan-etika-terhadap-praktek
bisnis.html. diakses pada tanggal 26 November 2014.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/01/peranan-etika-dalam-bisnis
http://arieedwi.blogspot.com/2012/05/etika-dalam-bisnis.html
http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2729:etika-bisnis
berpengaruh-dalam-berwirausaha-edit-mar&catid=44:dasar-dasar kewirausahaan&Itemid=69

